Rabu, 13 Agustus 2014

This is where I was born

Sangatta Utara adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kutai Timur, provinsi Kalimantan Timur, Indonesia yang merupakan pecahan dari kecamatan Sangatta terdahulu. Sangatta Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kutai Timur, hal ini disebabkan karena kecamatan Sangatta Utara adalah pusat pemerintahan dan perdagangan di Kutai Timur.

Untuk menuju ke Sangatta, dapat ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan mobil, atau melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang. Apabila menggunakan mobil, diperlukan waktu selama dua jam perjalanan darat dari kota Bontang ke Sangatta, empat jam dari Samarinda atau enam jam dari Balikpapan. Sedangkan kalau ditempuh melalui perjalanan udara dari Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan, ke bandara Tanjung Bara, Sangata, memerlukan waktu satu jam. Bandara Tanjung Bara adalah bandara kecil milik perusahaan penambangan batubara PT.KPC. Hanya ada satu pesawat yang melayani route Sepinggan – Tanjung Bara, pesawat kecil milik perusahaan tambang batubara PT. KPC

Tambang Batu Bara PT.KPC
Di Sangatta terdapat perusahan tambang batu bara terbesar di Kutai Timur ialah PT.KPC. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1991 dan masih beraktivitas hingga sekarang. Kawasan PT.KPC
tambang nya yang begitu luas dan begitu indah dengan pepohonan hasil reboisasi nya. Perusahaan PT.KPC bisa dibilang udah seperti bapak bagi Kota Sangatta. Mengapa demikian ? karena perusahaan tersebut menyumbamg pendapatan daerah yang begitu besar hingga bisa membantu masyarakat sekitarnya tentunya. Perusahaan tersebut bisa memberikan fasilitas pelengkap dan juga bisa menghidupi beberapa desa dan kecamatan terpencil.

Selain ada perusahaan tambang batu bara, di Kutai Timur terdapat Peternakan Sapi Terpadu atau yang lebih dikenal dengan PESAT. Kawasan ini adalah lingkungan hasil dari bekas penambangan PT.KPC yang diolah menjadi kawasan yang indah hijau dan asri. Peternakan Sapi Terpadu (PESAT)


Di Kutai Timur juga terdapat Taman Nasional Kutai atau yang lebih dikenal dengan TNK. TNK adalah sebuah taman nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.

Di Kota Sangatta terdapat banyak tempat wisata contohnya Pantai Aquatik. Pantai Tanjung Bara Aquatic berada dalam wilayah teritori pertambangan PT. KPC, sekitar ½ jam perjalanan dari kota Sangatta ke arah utara. Saat ini tempat tersebut masih merupakan tempat rekreasi terbatas bagi anggota. Fasilitas yang ada seperti tempat makan, perahu/boat memang disediakan untuk anggota.
Pantai ini selain memiliki pemandangan indah kelaut Makassar, daya tarik yang lainnya adalah hutan bakau yang mengelilingi pantai. Pegunjung juga dapat berperahu atau duduk-duduk di dermaga yang tersedia sambil memancing.

Masjid Agung adalah salah satu ciri khas kota Sangatta yang terletak di kawasan perkantoran bukit Pelangi. Masjid ini letaknya dekat dengan kantor Bupati Sangatta.




Meskipun tidak sebesar masjid Agung yang ada di Samarinda, namun masjid ini mampu menampung ribuan orang dan ratusan mobil di area parkirnya yang luas.

Keindahan arsitektur dari masjid ini banyak menarik warga Sangatta dan sekitarnya untuk berfoto disekitar masjid tersebut baik dengan kamera handphone, kamera pocket maupun kamera DSLR. Jadi jika Jakarta punya masjid Istiqal di Sangattapun mempunyai masjid Agung sebagai tempat ibadah sekaligus "landmark" kota Sangatta.












Biodata Pribadi

Nama : Anisa Ramadiana
NIM : 201410060311068
TTL : Sangatta, 04 Februari 1996
JURUSAN : Pendidikan Matematika
FAKULTAS : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SEKOLAH ASAL : SMAN 2 Sangatta Utara
ALAMAT ASAL : Jalan Lignit K.137. Bukit Batu Bara Kec. Sangatta Utara. Kutim -  Kaltim

Selasa, 12 Agustus 2014

Skenario film pendek tetapi hanya setengah casting :p


Title: Accident
Pemain: Al-malida Zahra
-                                        Anisa Ramadiana
-                                        Misel Julianta Putra
-                                     Putri Luluk Fatimah
-                                    Selvia Sari Rahmawati
-                                  Siti Amelia

[Scene 1]
Coret coret di buku. Gambar 2 orang yang kepalanya berasap-asap. Dihapus.

*opening*

[Scene 2]
*Di lapangan*
Di pagi hari, ritual Alma dan Amel seperti biasanya.
Turun dari motor, ia melihat ada Selvi dan Misel di sekitar situ. Tanpa pandang bulu, mereka menyuruh dengan paksa Selvi dan Misel untuk membawa tas mereka. Misel menuruti permintaan itu sedangkan tidak untuk Selvi. Dia menyuruh Misel untuk mengabaikan permintaan manja tersebut namun Misel takut pada Alma dan Amel jadi dia tetap membawakan tas mereka. Karena tindakan Selvi itu, lirikan Alma dan Amel pun serentak seperti benci sama Selvi.

Mel, itu Misel sama Selvi kan? Kita kerjain yuk…” bisik Alma kepada Amel.
“Ya,” jawab Amel.
“Eehhh.. Misel, Selvi, bawain tas kami ya, awas kalau sampai rusak, lecet, atau kotor” ujar Alma.
“Iya nih, aku juga,” sahut Amel
“Iya… iya…” Misel mengangguk seraya mengambil tas Alma dan Amel.
“Jangan, sel! Biar mereka sendiri saja yang bawa tasnya,” cegah Selvi.
“Tidak masalah,” ucap Misel.
*Alma dan Amel melirik sinis*

[Scene 3]
*Di kelas*
Alma dan Amel meminta buku tugasnya ke Nisa. Nisa pun mengiyakan. Sudah seperti kewajiban rutinnya, ia mengerjakan tugas-tugas kedua insan ini. Tapi kali ini, Nisa tidak bisa sepenuhnya membantu. Ada beberapa nomor yang belum bisa ia kerjakan. Alma dan Amel sontak naik pitam.
Selvi dan Misel sedang sibuk belajar, menyegarkan ingatan mereka akan materi-materi yang mereka pelajari tadi malam. Merasa terganggu akan kebisingan yang dibuat Alma dan Amel, Selvi pun menegur secara pelan.
Eh, mana bukuku, Nis?” bentak Alma.
Loh, kok ini belum? Gimana sih kamu ngerjainnya? Bisa ga sih?” sahut Amel.
Maaf aku juga gak ngerti yang nomor itu” jawab Nisa.
“Alah, bohong !” jawab Alma.
Alma, Amel kalian jangan begitu. Nisa kan udah berusaha,” sahut Selvi
Pliss deh, ga usah ikut campur !” jawab Amel kasar.

[Scene 4]
*Pas istirahat*
Alma dan Amel sibuk mempersiapkan contekan untuk ulangan yang nanti akan digelar oleh bu Luluk. Mereka juga menyuruh untuk Nisa dan Misel untuk kode kode pas ulangan nanti. Selvi berbisik kecil ke Nisa dan Misel, “jangan mau”.

[Scene 5]
*Pas ulangan*
Mulailah rencana licik Alma dan Amel. Tapi, rupanya rencana tersebut gagal. Upaya mereka terlihat oleh bu Luluk. Saat itu juga, bu Luluk langsung mengeluarkan mereka dari kelas dan menghukum mereka berdiri di depan kelas dan membersihkan seluruh ruangan di SMADA pulang sekolah dan hari esok juga.
Alma ! Amel ! Keluar kalian ! Kalian ibu hukum. Sekarang berdiri di depan kelas, pulang sekolah nanti dan besok kalian harus membersihkan seluruh ruangan di sekolah, kalian mengerti?” ujar bu Luluk yang sedang marah.
Iii…ii…iya bu iiya” sahut Alma dan Amel.

[Scene 6]
*Pulang sekolah*
Alma dan Amel dihukum. Saat itu juga, mereka berdiskusi untuk mengerjai Selvi karena mereka kesal dengan sikap ‘sok benar’-nya. Akhirnya, ide pun muncul.
Eh Al , kita harus bikin rencana ini buat balas dendam,” kata amel
Iya bener, Mel,”sahut Alma (sambil berfikir).

[Scene 7]
*Di perpustakaan*
Selvi, Misel, dan Nisa sedang duduk manis membaca buku. Alma dan Amel membuntuti mereka. Dua makhluk kurang kerjaan ini langsung tanpa basa-basi menjatuhkan buku-buku seolah-olah Selvi, Misel,dan Nisa yang melakukannya. Bu Luluk, penjaga perpus, menegur tiga anak itu dan memberikan bonus berupa omelan.

[Scene 8]
*Di kantin*
Alma dan Amel memulai aksinya lagi. Kali ini lebih ke Alma. Alma dan Amel berjalan santai melewati Selvi dan Misel yang tengah menikmati makanannya. Namun Alma tiba-tiba menumpahkan minumannya.
Uupss… sorry. Hahaha”sahut Alma sambil tertawa.

[Scene 9]
Tenggg tenggg… Bunyi bel pulang berbunyi. Nisa pamit ke Selvi dan Misel untuk pulang.

[Scene 10]
*Pulang sekolah*
Alma dan Amel melanjutkan hukumannya membersihkan aula. Mereka mengepel koridor depan aula. Seperti biasanya, perbincangan hangat menemani. Alma mulai mengepel bagian dekat tangga. Dan ternyata, langkah seseorang mendekati, mencoba untuk menjatuhkan Alma dari atas tangga. Di sini, tiba-tiba Misel jadi penyelamat.
la
[Scene 11]
Semenjak kejadian itu, entah kenapa, Alma mulai jatuh hati pada Misel.

[Scene 12]
*Pas ketemu Misel, Alma salah tingkah*
*Pas di kantin, Alma dan Misel ambil air teh di moment yang sama. Terus Alma ambil, dia melongo sampai air tehnya keterusan*
*Pas di perpus, Alma dan Misel ambil buku yang sama*
Alma mulai suka curi-curi pandang ke arah Misel. Amel yang selalu ada di sisi Alma menjadi heran atas perbuatan Alma yang mendadak berubah menjadi aneh.
Eh ma, kamu kenapa sih, kok akhir akhir ini kamu agak aneh” sahut Amel.
Ahh…ehh… nggak kok, mel,” sahut Alma (agak salting).

[Scene 13]
Misel yang sebenarnya sudah jatuh cinta pada Alma, hanya saja karena sifatnya Alma yang dulu kejam maka dari itu Misel berpura-pura biasa saja.

[Scene 14]
Amel membujuk Alma untuk kembali melanjutkan aksi keji mereka. Amel mengambil kacamata Misel dan menyembunyikannya. Alma jadi bingung harus melakukan apa.
“ihhh kamu kenapa sih ma, kok gak kaya biasanya?” tanya amel
“ndapapa mel, sembunyiin udah cepat sebelum dia datang” sahut alma (dengan agak takut camapur bingung)

[Scene 15]
Selvi yang sudah mulai muak dengan melihat Alma dan Amel membully anak-anak lain langsung turun hadir menangani masalah.

[Scene 16]
Alma jadi insyaf. Amel pun ikut-ikutan pula jadi anak baik. Mereka bersifat menjadi loyal dan mulai bersahabat dengan Selvi dan Misel. Bu Luluk tersenyum melihat ending bahagia dari kejauhan.

Minggu, 30 Maret 2014

Tugas TIK - Mendaki Gunung, Mendidik Karakter Anak Oleh: Nouf Zahrah Anastasia

KOMPAS.com - Bisa jadi, keputusan saya dan suami adalah kontroversial, yaitu mengajak anak kami sejak usia 2.5 tahun untuk naik gunung, bahkan di musim hujan sekalipun. Sebagian yang tidak mengenal kami secara dekat mencibir, bahkan tak jarang, mengatakan kami orang tua egois. Sementara itu, sebagian lainnya bilang salut dan mendukung.

Kami berdua tentu tahu risiko itu, yaitu pandangan miring membawa anak mendaki gunung di usia dini. Maka, lepas dari kontroversi setuju dan tidak setuju, saya tetap berupaya memaparkan alasan saya mengajak atau membawa anak saya mendaki gunung.

Semua orang tahu, mendaki gunung kerap kali diidentikan dengan kegiatan "heroik". Bahkan, ini dianggap olahraga yang menyerempet bahaya, dan tentu saja; kematian (Baca: Jangan Mau Mati Konyol di Gunung!).


Dok Nouf Zahrah Anastasia Secara sadar, tentu saja, melakukan persiapan perjalanan pendakian akan melatih seseorang terbiasa untuk tidak gegabah dan selalu penuh perhitungan di setiap langkahnya.
Memang, semua itu benar adanya, terutama jika dilakukan tanpa bekal pengetahuan yang cukup dan persiapan matang. Bukan apa-apa. Mendaki gunung adalah aktivitas yang jelas-jelas melibatkan kegiatan fisik berat di tengah alam yang sulit ditebak kondisinya.

Pendidikan karakter nomer wahid
"Now I see the secret of making the best person:
it is to grow in the open air,
and to eat and sleep with the earth."
(Walt Whitman)

Seperti kegiatan di alam bebas lainnya, sejatinya, mendaki gunung bagaikan sedang menjalani kehidupan. Aktivitas pendakian gunung memiliki banyak bahan pengajaran pendidikan karakter yang pastinya dibutuhkan seseorang jika ingin sukses dan bahagia dalam hidupnya.

Kata "karakter" di sini maksudnya bagaimana seseorang menampilkan kebiasaan positif dalam menyikapi segala kejadian yang dihadapinya dalam kehidupan. Kebiasaan positif itu tentunya dapat dipelajari dan perlu dibangun/dilatih. Melalui kegiatan mendaki gunung, seseorang dapat membangun karakter positif dirinya dengan alamiah. 

Dok Nouf Zahrah Anastasia Namun, disamping semua manfaat yang tertulis di atas, saya merasa, melalui kegiatan naik gunung, anak saya yang kini berusia 5,5 tahun tumbuh menjadi anak yang gembira dan percaya diri. Terbukti, di balik kata
Mendaki gunung bukan kegiatan impulsif karena kegiatan ini mengharuskan seseorang melakukan persiapan dengan baik. Maka, seseorang yang hendak melakukan aktivitas ini sebenarnya telah belajar banyak hal positif, bahkan sejak persiapan awal dilakukan. Persiapan itu diantaranya meliputi penentuan tujuan, merancang target perjalanan, mencari tahu support system yang ada (misalnya letak rumah sakit terdekat), mempelajari tips dan penanganan darurat ketika menghadapi kondisi darurat, atau membuat daftar peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk mendaki. (Baca: Pelajaran Penting dari Kematian Pendaki di Gunung Gede).

Secara sadar, tentu saja, melakukan persiapan perjalanan pendakian akan melatih seseorang terbiasa untuk tidak gegabah dan selalu penuh perhitungan di setiap langkahnya. Dua hal ini pasti dibutuhkan dalam menjalani petualangan kehidupan sehari hari. Dengan melakukan perencanaan, seseorang juga belajar bertanggung jawab atas segala aktivitas yang akan dilakukannya.

Dok Nouf Zahrah Anastasia Rasa cinta pada alam tidak bisa tumbuh hanya dengan melihat brosur perjalanan wisata atau menonton televisi. Soe Hok Gie pernah menuliskan bahwa,
Kedua, soal cinta terhadap alam dan lingkungannya. Rasa cinta pada alam tidak bisa tumbuh hanya dengan melihat brosur perjalanan wisata atau menonton televisi. Soe Hok Gie pernah menuliskan bahwa, "Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan, mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat".

Dalam perjalanan mendaki gunung, seseorang disuguhkan pada keindahan dan kemegahan alam pegunungan. Dengan hadir secara langsung, semua panca indra terlibat untuk membuktikan alam begitu indah sehingga kita bertanggung jawab untuk selalu memeliharanya.

Ya, seseorang akan dilatih untuk menjadi seseorang yang penuh cinta pada lingkungannya, terasah untuk bertanggung jawab pada dunia, paling tidak pada lingkungan di sekitarnya. Tidak membuang sampah sembarangan atau merusak ekosistem yang ada menjadi pelajaran paling sederhana namun sangat penting yang bisa didapat melalui aktivitas naik gunung.

Dok Nouf Zahrah Anastasia Belum lagi udara dingin menggigit, sementara oksigen yang kian tipis membuat napas menjadi lebih berat dan tersengal. Untuk itulah, seseorang yang mendaki gunung diharuskan membawa perlengkapan maksimal dalam sebuah tas ransel. Artinya, butuh perjuangan keras untuk melakukan pendakian dengan beban yang dipikulnya untuk mencapai tujuan; yaitu puncak gunung.
Sementara itu, pelajaran ketiga bisa diambil dari mendaki gunung adalah pelajaran tentang disiplin, tanggung jawab, tidah mudah putus asa, serta berani mengambil keputusan dengan tepat. Karena, ketika melakukan pendakian, seseorang dihadapkan pada banyak tantangan.

Tentu saja, medan perjalanan sudah pasti menanjak, tidak rata, dan pastinya menguras tenaga. Jalur pendakian kerap tidak begitu jelas, dan banyak kali ditemukan persimpangan. Sering kali jurang terbentang di kiri atau kanan jalan setapak, menghentikan rencana perjalanan.

Belum lagi udara dingin menggigit, sementara oksigen yang kian tipis membuat napas menjadi lebih berat dan tersengal. Untuk itulah, seseorang yang mendaki gunung diharuskan membawa perlengkapan maksimal dalam sebuah tas ransel. Artinya, butuh perjuangan keras untuk melakukan pendakian dengan beban yang dipikulnya untuk mencapai tujuan; yaitu puncak gunung.

Mungkin, beberapa orang melihat semua hal di atas adalah masalah sehingga menghindar diri dari kegiatan ini. Naik gunung adalah hobi atau olahraga yang melelahkan!

Namun, menyikapi semua hal itu, seseorang memiliki kesempatan untuk belajar melihat, mengamati, menganalisa, menyiasati, mengantisipasi, mengambil keputusan, atas situasi dan kondisi yang ada. Seseorang dilatih untuk tidak cepat berkeluh kesah dan berjuang untuk mencapai tujuan lebih besar. Seseorang bisa belajar disiplin dan mengelola rasa malas dan lelah demi mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang belajar untuk berlaku berani, namun dengan prinsio berhati-hati.

Dok Nouf Zahrah Anastasia Seseorang dilatih untuk tidak cepat berkeluh kesah dan berjuang untuk mencapai tujuan lebih besar. Seseorang bisa belajar disiplin dan mengelola rasa malas dan lelah demi mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang belajar untuk berlaku berani, namun dengan prinsio berhati-hati.
Contoh latihan disiplin adalah ketika beristirahat, sangat dianjurkan seseorang untuk mengambil jaket untuk memelihara panas tubuh yang ada. Sebab, sering kali, panas tubuh perlahan menghilang berganti dengan rasa dingin menggigit. Rasa lelah sering kali membuat seseorang malas untuk bergerak membuka tas untuk mengambil dan kemudian mengenakan jaket. Nah, di sinilah seseorang belajar untuk disiplin mengelola rasa malas dan bergerak meraih ranselnya, mengeluarkan jaket, dan mengenakannya. Sebab, dengan mengabaikan disiplin, tujuan tak akan didapat, dan sesuatu yang tidak diharapkan dapat terjadi.

Dalam kehidupan keseharian, banyak kejadian tidak mengenakan terjadi hanya karena kita tidak berhasil disiplin. Kita kerap enggan mengalahkan rasa malas yang ada. Bahkan, seseorang sering kali memiliki banyak ketakutan ataupun kekhawatiran dalam dirinya sebelum melakukan sesuatu yang menjadi tujuannya. (Baca: Waduh... Itu Gejala Hipotermia, Bukan Kesurupan!)

Dari sini, bisa disimpulkan, bahwa aktivitas mendaki gunung memungkinkan seseorang mengalami rasa takut dan cemas akan kondisi yang timbul di lapangan. Namun, pengalaman mendaki lambat laun memberikan kesempatan pada seseorang untuk mengelola rasa takut dan kekhawatiran yang timbul dengan melakukan tindakan yang diperlukan.

Selain itu, pelajaran penting lainnya, mendaki gunung merupakan olahraga yang melibatkan individu lain. Maka, dalam melakukan perjalanan mendaki, sering kali kita dihadapkan pada kondisi medan yang sulit, sementara tidak semua teman seperjalanan memiliki kemampuan fisik yang merata. Dalam perjalanannya, seseorang mungkin akan kedinginan, terpeleset, jatuh, ataupun merasa lelah. Peserta pendakian masing-masing berkesempatan memberikan bantuan, dukungan, ataupun perhatian satu sama lain. Di sinilah, mendaki gunung melatih seseorang untuk peka akan kondisi yang ada. Karakter suka menolong bisa terasah melalui kondisi seperti ini.

Pun, ketika mendaki, sesama rekan pendaki bisa berbeda pendapat dalam menentukan jalur yang dilewati atau target yang hendak dicapai. Melalui mendaki gunung, seseorang dilatih untuk mengenal kepribadian dan karakter berbagai individu. Seseorang berlatih untuk mengembangkan kemampuan interpersonal, termasuk di dalamnya berlatih menyikapi setiap karakter, kemampuan dan kecakapan berbeda yang dimiliki oleh masing-masing anggota tim pendakian.

Rasanya, di sinilah seseorang bisa belajar untuk menjadi rendah hati dan mau mendengarkan pendapat orang lain dengan penuh perhatian, mengemukakan pendapat dan bernegosiasi, bijak terhadap kondisi sulit, tegas, tapi juga memiliki sikap toleransi sekaligus mementingkan kepentingan kebanyakan orang dan tidak egois. Saya sendiri mempercayai, banyak dari teman-teman mendaki gunung saya, adalah teman teman terbaik.

Pengalaman meditasiLebih dalam lagi, selain menjadi kegiatan sosial, aktivitas mendaki gunung bagi saya merupakan kegiatan meditatif. Dikatakan pengalaman meditasi, karena pada saat mendaki, saya seperti seseorang yang sedang bermeditasi, belajar untuk fokus pada apa yang sedang saya lakukan pada saat itu saja.

Ya, saya hanya akan berfokus pada mengatur nafas dan memperhatikan langkah. Saya belajar untuk tidak menghawatirkan masa lalu maupun apa yang akan terjadi di kemudian hari. Saya belajar untuk hadir secara sadar pada setiap detik. Ini suatu skil yang penting dalam menjalani kehidupan sehari hari, yaitu hadir secara penuh dalam setiap detik untuk fokus melakukan yang terbaik.

Dok Nouf Zahrah Anastasia Tentu saja, pembentukan karakter tidak lahir sekonyong-konyong, namun membutuhkan latihan panjang dan dimulai sedini mungkin. Mempercayai bahwa aktivitas mendaki gunung adalah sarana pendidikan karakter yang alami, oleh karena itulah, saya memutuskan untuk memperkenalkan aktivitas mendaki gunung pada anak saya sedini mungkin, yaitu sejak usia 2,5 tahun.
Tentu saja, pembentukan karakter tidak lahir sekonyong-konyong, namun membutuhkan latihan panjang dan dimulai sedini mungkin. Mempercayai bahwa aktivitas mendaki gunung adalah sarana pendidikan karakter yang alami, oleh karena itulah, saya memutuskan untuk memperkenalkan aktivitas mendaki gunung pada anak saya sedini mungkin, yaitu sejak usia 2,5 tahun.

Namun, disamping semua manfaat yang tertulis di atas, saya merasa, melalui kegiatan naik gunung, anak saya yang kini berusia 5,5 tahun tumbuh menjadi anak yang gembira dan percaya diri. Terbukti, di balik kata "heroik" dan penuh bahaya, aktivitas mendaki gunung ternyata memberi sejumlah manfaat untuk anak saya ini. Berbekal pengetahuan sedini mungkin tentang kegiatan mendaki gunung, kegiatan ini menjadi kegiatan sangat menyenangkan sekaligus menjadi pendidikan karakter bagi dirinya dan orang lain yang ingin menjalaninya.

Jadi, mari mendaki gunung dan jadikan aktivitas ini sebagai ajang mengembangkan karakter anak-anak kita!



ANISA RAMADIANA 
NIS:181